Hal-hal yang Harus Dilkukan untuk Memupuk Prasangka Baik kepada Allah SWT

 Ibnu Taimiyah, seorang ulama terkemuka dalam sejarah Islam, memberikan penjelasan yang relevan tentang berbaik sangka kepada Allah dalam kitabnya yang terkenal, "Al-Istiqaamah". Kitab ini membahas berbagai aspek keimanan dan praktik Muslim, termasuk pentingnya berbaik sangka kepada Allah.

 Dalam "Al-Istiqaamah", Ibnu Taimiyah menguraikan bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah sikap hati yang mendasar bagi seorang Muslim. Ia menyatakan bahwa Allah adalah Maha Bijaksana dan Maha Penyayang, dan bahwa segala sesuatu yang Allah tentukan adalah untuk kebaikan hamba-Nya, meskipun terkadang kita tidak bisa memahami hikmahnya pada saat itu.

 Ibnu Taimiyah menekankan bahwa berbaik sangka kepada Allah melibatkan percaya sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang Allah putuskan dan perintahkan adalah dari-Nya yang Maha Mengetahui, dan bahwa itu akan membawa manfaat bagi hamba-Nya. Ia juga menjelaskan bahwa sikap prasangka buruk kepada Allah adalah kesalahan besar yang dapat merusak iman dan hubungan dengan-Nya.

 Rujukan kitab "Al-Istiqaamah" oleh Ibnu Taimiyah dapat ditemukan dalam berbagai edisi dan terjemahan. Ada beberapa terjemahan dalam bahasa Inggris yang tersedia, seperti "The Right Way: The Voice of Shaykh al-Islam Ibn Taymiyah" dan "Public Duties in Islam: The Institution of the Hisba". Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pandangan Ibnu Taimiyah tentang berbaik sangka kepada Allah, disarankan untuk merujuk langsung ke kitab tersebut.

 Tindakan yang bisa Anda lakukan untuk berbaik sangka kepada Allah meliputi:

 1. Tawakal: Tawakal adalah meletakkan kepercayaan penuh kepada Allah dalam segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Bertawakal berarti kita berserah diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya dan mempercayai bahwa apa pun yang Allah tentukan adalah yang terbaik bagi kita.

 2. Berdoa dan memohon kepada Allah: Segera setelah kita menghadapi kesulitan, keraguan, atau ketidakpastian, berdoalah kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Berdoa dengan penuh keyakinan dan harapan, dan percayalah bahwa Allah mendengar doa-doa kita dan akan menjawabnya dengan cara yang terbaik.

 3. Mengingat dan bersyukur kepada Allah: Selalu mengingat dan mengingatkan diri kita tentang kebaikan, rahmat, dan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Bersyukur kepada Allah atas segala hal yang Dia berikan, baik itu berupa kebahagiaan, kesuksesan, atau ujian yang Dia berikan sebagai ujian iman.

 4. Membaca, mempelajari, dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran dan hadits: Menelaah dan memahami ayat-ayat Al-Quran serta hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang berbicara tentang sifat dan sifat-sifat Allah, serta tentang kebijaksanaan dan rencana-Nya dalam kehidupan manusia. Ini akan memperkuat keyakinan kita dan membantu kita dalam berbaik sangka kepada Allah.

 5. Menjaga pikiran dan ucapan positif: Hindari pikiran negatif atau mencurigai niat Allah dalam setiap situasi. Berusahalah untuk memfokuskan pikiran kita pada prasangka baik dan memahami bahwa Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Jaga ucapan kita agar tidak mengeluh atau meragukan rencana Allah, tetapi berbicara dengan penuh pengharapan dan keimanan.

 Dengan melakukan tindakan-tindakan ini, kita dapat memperkuat prasangka baik kita kepada Allah dan memperdalam hubungan kita dengan-Nya. Semoga Allah memberikan kemudahan dan memberkahi kita dalam upaya ini.


powered by: chatGPT

Print Friendly and PDF

Hadits-Hadits untuk Membantu Anda Berprasangka Baik kepada Allah SWT

Berikut adalah beberapa hadits dari Nabi Muhammad SAW yang relevan dengan peningkatan prasangka baik terhadap Allah. Dalam beberapa kasus, saya akan memberikan kutipan hadits yang relevan tanpa menyertakan periwayat dan nomor urut hadits. Jika Anda memerlukan informasi lebih lanjut tentang periwayat dan nomor urut hadits, silakan mencari hadits tersebut secara spesifik:

 ١-   قال الله تعالى: "أنا عند ظن عبدي بي" (حديث قدسي)

 

٢-   عن أبي هريرة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "قال الله تعالى: 'أنا عند ظن عبدي بي، وأنا معه إذا ذكرني، فإن ذكرني في نفسه، ذكرته في نفسي، وإن ذكرني في ملإ، ذكرته في ملإ خير منه'" (رواه البخاري ومسلم)

 

٣-   عن أبي هريرة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "قال الله تعالى: 'أنا عند ظن عبدي بي، وأنا معه إذا ذكرني، فإن ذكرني في نفسه، ذكرته في نفسي، وإن ذكرني في ملإ، ذكرته في ملإ خير منه، وإن تقرب إلي شبرًا، تقربت إليه ذراعًا، وإن تقرب إلي ذراعًا، تقربت إليه باعًا، وإن أتاني يمشي، أتيته هرولة'" (رواه مسلم)

 

٤-   عن أبي هريرة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "قال الله تعالى: 'من تقرب إلي بشبرٍ، تقربت إليه ذراعًا، ومن تقرب إلي ذراعٍ، تقربت إليه باعًا، ومن أتاني يمشي، أتيته هرولة'" (رواه البخاري ومسلم)

 

1. "Allah berfirman, 'Aku menggantikan apa yang ada di hati hamba-Ku terhadap-Ku.'"

(Hadits Qudsi)

 

2. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Aku adalah seperti angan-angan hamba-Ku tentang-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam hatinya, Aku juga akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku di dalam suatu majelis, Aku juga akan mengingatnya di dalam suatu majelis yang lebih baik darinya.'"

(Hadits Riwayat Bukhari)

 

3. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Aku adalah seperti yang difikirkan oleh hamba-Ku tentang-Ku. Aku bersama dengan dia ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku di dalam dirinya sendiri, Aku juga akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku di dalam majelis, Aku juga akan mengingatnya di dalam majelis yang lebih baik darinya. Jika dia mendekat kepada-Ku dengan sejengkal, Aku akan mendekatinya dengan seutas tali. Jika dia mendekat kepada-Ku dengan seutas tali, Aku akan mendekatinya dengan jarak satu hasta. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari.'"

(Hadits Riwayat Muslim)

 

4. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Barangsiapa yang mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Barangsiapa yang mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya dengan berjalan. Dan barangsiapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.'"

(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

 

Berbaik sangka kepada Allah berarti memiliki prasangka baik, keyakinan, dan harapan yang positif terhadap Allah SWT. Ini mencerminkan keyakinan bahwa Allah adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Adil. Berbaik sangka kepada Allah juga berarti percaya bahwa segala keputusan, ujian, dan kejadian yang terjadi dalam hidup kita memiliki hikmah dan tujuan yang baik dari-Nya.


powered by: chatGPT

Print Friendly and PDF

Ayat-ayat untuk Membantu Anda Berprasangka Baik kepada Allah SWT

 

Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran yang dapat membantu Anda meningkatkan prasangka baik terhadap Allah:

1. Surah Al-Baqarah, ayat 216:

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [٢: ٢١٦]

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."

 

2. Surah At-Talaq, ayat 3:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا [٦٥: ٢]

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya."

 

3. Surah Ar-Rum, ayat 21:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ۰: ٢١]

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir."

 

4. Surah Az-Zumar, ayat 53:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ [٣٩: ٥٣]

"Sampaikanlah (olehmu): “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

 

5. Surah Ash-Shura, ayat 30:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ[٤٢: ٣۰]

"Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa)mu."

 

6. Surah Al-Isra, ayat 82:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا [١٧: ٨٢]

"Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian."

         Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk berprasangka baik kepada Allah, yakin bahwa Dia Maha Bijaksana, Maha Pengampun, dan Maha Penyayang. Semoga ayat-ayat ini memberi Anda ketenangan, keyakinan, dan peningkatan prasangka baik terhadap Allah.


powered by: chatGPT

Print Friendly and PDF

Aksi Menghina Al Quran di Swedia

Bertempat di depan sebush masjid di Stockholm seorang pria warga Swedia berusia 37 tahun dalam sebuah aksi yang mendapatkan izin dari otoritas setempat secara terang-terangan melakukan tindakan penghinaan terhadap Al Quran pada saat penduduk muslim setempat merayakan Idul Adha. Ia menendang-nendang layaknya sebuah bola, menginjak-nginjak dan membakar Al Quran. Dirilis dari berbagai sumber, aksi tersebut ia klaim mewakili pandangan politik warga Swedia. Ini bukan aksi spontan, mengingat dalam perizinan aksinya sempat melalui proses banding karena dalam pengajuannya berencana melakukan aksi pembakaran kitab suci Al Quran.



Ini bukan pertama kalinya terjadi di negara tersebut. Yang mengherankan, pemerintahan Swedia seperti tak cukup punya kelengkapan prosedur hukum untuk mencegah terjadinya tindakan intoleransi sehingga mengijinkan aksi seperti itu.

Namubn akhirnya pemerintah Swedia mengutuk aksi tersebut, menyebutnya sebagai tindakan "Islamofobia", setelah sebuah badan Islam internasional menyerukan langkah-langkah untuk menghindari pembakaran di masa depan.

"Pemerintah Swedia memahami sepenuhnya bahwa tindakan Islamofobia yang dilakukan oleh individu pada demonstrasi di Swedia dapat menyinggung umat Islam," kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan. "Kami mengutuk keras tindakan ini, yang sama sekali tidak mencerminkan pandangan pemerintah Swedia," tambahnya. 

Kecaman itu datang sebagai tanggapan atas seruan untuk tindakan kolektif untuk menghindari pembakaran Alquran di masa depan dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berbasis di Saudi. (theguardian.com)
Print Friendly and PDF

Iri Hati pada Pendosa

   Pernahkah Anda merasa iri terhadap seorang pendosa? Barangkali mengalami hal demikian, tak banyak yang menyadari perasaan iri atau hasud pada hal demikian. Berbeda dengan hasud secara umum, dimana orang juga menginginkan hal yang membuatnya iri hati, hasud pada perbuatan dosa tidaklah disertai motovasi seperti itu.

   Hasud sendiri berarti mengharapkan hilangnya nikmat dari seseorang karena ia sendiri tidak mendapatkannya. Iri hati tidak melulu timbul pada orang yang tidak mampu mendapatkan apa yang ada pada orang lain yang dalam bahasa populer sering diungkapkan bahwa sirik/iri tanda tak mampu. Bentuknya pun tidak melulu dengan hasrat/angan-angan akan hilangnya nikmat dari orang lain tetapi bisa berupa sikap menghakimi atau melontarkan tuduhan yang secara tersirat mengungkapkan bahwa orang tersebut tak layak mendapatkannya. Misalnya tatkala seseorang berhasil dengan usahanya, orang hasud seolah mencari fakta lain di balik hal tersebut, misalnya bahwa hal itu didapat dengan tidak benar, hal itu tidaklah baik atau sekedar memandang bahwa orang tersebut sedang beruntung saja.

   Hasud pada pendosa atau perbuatan dosa sejatinya tak jauh berbeda. Bentuknyapun  beragam, sampai dalam bentuk perasaan tidak senang yang tidak dapat dipahami dengan mudah yang kemudian membuat ia bersikap reaktif dan melakukan kesalahan atau dosa yang tidak disadarinya semisal mengghibah, tajassus bahkan melontarkan tuduhan lain dari selain apa yang dilihatnya. Dalam kasus seperti ini pula terkadang terjadi pada seorang pendakwah, yakni alih-alih mengingatkan atau mengajak pada hal benar ia justru mencaci maki, memvonis secara berlebihan, keras hati atau sikap destruktif lainnya.

Allah SWT berfirman:

قُل لَّا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [ ... ]

"Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (5/Al-Maidah: 100)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ [ ٥: ١٠٥]

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi madarat pada kalian sekira kalian mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kalian kembali semuanya,  maka Dia akan memberitahukan atas segala yang kalian perbuat. (5/Al-Maidah: 105)

    Selain maraknya perbuatan dosa, yang memicu timbulnya iri hati atau hasud pada perbuatan dosa adalah bahwa seorang pendosa tampak begitu nyaman dengan perbuatannya bahkan tampak "bahagia" dengan itu dan segala apa yang melekat pada dirinya dari berbagai kenikmatan. Saat keadaan seseorang sedang merasa tidak baik-baik saja, hasud akan lebih kuat menguasai dirinya bahkan sampai mendorong pada arah untuk mengikuti prilaku dosa serupa.

Ma'aadzallah...

.




Print Friendly and PDF